Indonesia memiliki banyak para ahli ”ngoprek” pesawat, mereka adalah ahli yang sanggup” ngoprek” jeroan pesawat terbang ada juga yang bisa tahu bener daleman sebuah helikopter, dulu mereka bekerja di sebuah perusahaan besar yang berlokasi di Bandung, ada juga yang bekerja di maskapai-maskapai dalam negeri.
Keahlian yang mereka miliki berasal dari belajar, baik belajar di dalam negeri maupun belajar sampai ke luar negeri, biasanya dengan biaya ( Perusahaan tempat mereka bernaung), sayangnya sebagaimana kita ketahui, perusahaan besar dirgantara yang berlokasi di Bandung itu bermasalah.
Inilah yang membuat sebagian besar para ahli itu harus hengkang, ada yang pindah ke perusahan dalam negeri tidak sedikit pula yang memutuskan ”cabut” dari Indonesia. Sebagai tenaga ahli, tenaga mereka memang banyak di butuhkan oleh negara-negara yang memang sedang mengembangkan industri pesawat terbang.
Salah satu negara yang menjadi tempat ” singgah” para ahli dirgantara itu adalah Uni Emirat Arab, beruntung saya mengenal dua di antara mereka. Satu bekerja di Emirates, satunya lagi bekerja di Etihad. Posisi mereka adalah ”ngoprek-ngoprek” sekaligus ngecek kelayakan sebuah pesawat. Dari merekalah nanti di ketahui, apakah sebuah pesawat layak atau tidak layak terbang.
Kita kenalan dulu, dengan yang bekerja di Emirates, bapak empat anak ini selain tahu banyak tentang pesawat ternyata juga pakar dalam soal ”gaplek”, kalo sedang libur, dia akan mengundang atau mengajak lebih tepatnya orang-orang Indonesia penggemar gaplek untuk bergadang ria di markasnya Singapore Deli di Karama.
Orangnya kocak, rendah hati dan suka jahil, saya pernah ke rumah beliau di Sharjah, alhamdulillah, istrinya yang cantik lagi baik ternyata pakar mie kocok dan siomay, pas banget, perut lagi laper, jadilah kunjungan itu menjadi ajang ”pelampasan” , kapan lagi makan enak, gratisan lagi hahahaha.
Sebelum bekerja di Emirates kang Duddy begitulah kami memanggilnya ternyata pernah bekerja di banyak perusahaan penerbangan, tercatat beliau sempat bekerja di Garuda Indonesia, Mandala, Lion Air, Aero Nusantara, Shaheen Pakistan dan Safi Airways Afganistan, Gile penuh banget CV-nya hihihihi.
Asyik kalo mendengar kang Duddy bercerita. Sekarang dengan segala fasilitas yang di sediakan Emirates, sepertinya kang Duddy betah bekerja di Dubai. Pernah saya bertanya ke kang Dudy, ” Kang, dari sekian banyak pengalaman akang , bekerja di manakah yang paling berkesan”?, kang Dudy menjawab,” tentu saja di Mandala, karena mandala itu kawah candra dimukanya para Insinyur”.
Masih menurut kang Dudy, tempat lain yang berkesan adalah, Emirates, dengan managemennya yang yang super canggih tentu saja ini membuat kesan yang mendalam. Tengkiyu ya kang udah berbagi cerita. Salam buat Sultan dan Haura.
Ahli ”ngoprek” pesawat kedua yang saya kenal adalah ayahnya Dany, Dany ini temen kerja saya di Dubai, pernah suatu hari saya di ajak Dani berkunjung ke Abu Dhabi, ternyata kita bersilaturahmi ke Ayahnya Dany yang memang bekerja di sana.
Sebelum ke Abu Dhabi ayah dany sempat bekerja di IPTN, bahkan oleh IPTN bapak yang murah senyum ini sempat di kirim ke Perancis untuk memperdalam pengetahuan tentang pesawat terbang. Di Abu Dhabui beliau sempat pula bekerja sebagai mekanik khusus Helikopter kemudian sekarang pindah ke maskapai nasional milik Uni Emirat Arab yakni Etihad.
pernah pula sekali-kali beliau berkunjung ke Dubai untuk nengokin Dany, bisa jadi masih banyak lagi ahli ”ngoprek” pesawat lainnya yang bekerja di Uni Emirat Arab, kebetulan saya cuma kenalanya dengan dua orang ini saja. Apa yang membuat mereka memutuskan untuk bekerja di luar negeri?
Sebabnya karena di luar negeri mereka mendapat apresiasi yang semestinya, dengan keahlian yang mereka miliki, sangat pantas mereka mendapatkan penghasilan yang besar. Saya kurang tahu, sampai kapan mereka mau bekerja di UEA yang jelas kehadiran mereka di negeri Arab ini telah membuka mata orang orang luar negeri bahwa Indonesia itu tidak dapat di pandang sebelah mata.
Selamat bermalam minggu saja….
No comments:
Post a Comment