Thursday, 26 January 2017

SELAMAT HARI EMAK

Jika orang lain punya hari ibu, saya punya hari emak. Iya.. karena saya tidak punya ibu tapi punya emak. Kami memang manggil mamak di rumah, mae orang jawa bilang (tepatnya orang jawa yang lahirnya zaman dulu),
( “jadi, kamu lahir zaman dulu kala mul?” )
( “iyah.. kenapa? imul emang udah tua, makanya dipanggil nyai -____-“ . )
Sudah .. sini, duduklah sejenak akan kudongengkan tentang emak.
***
Perempuan paruh baya itu tingginya tidak lebih dari 150 cm. Keriput dan titik-titik hitam semakin kentara menghiasi wajahnya. Sorot matanya pun telah sayu. Tapi, tetap tidak ada yang lebih baik dari cerminan rupa tersebut. Rukamah namanya, istri dari Bapak Sumarno dan emak dari lima orang anak yang kini telah tumbuh dewasa, Nur Hasan, Eni Khamidah, Arif Mudhofar, Wahyu Hidayat dan Fita Fatimah.
Entah bagaimana perempuan yang terlihat kecil dan lemah itu membesarkan kelima anaknya. Ia bahkan tidak selesai sekolah dasar, tapi kecerdasannya luar biasa. Darinyalah pertama kali kami belajar huruf, mengaji, membaca, menyanyi dan banyak sekali. Emak juga pendongeng yang handal, selalu jadi dongeng favorit saya hingga kini, tentang mbah dan kekuatan supernya membasmi hantu. Lain kali akan ku dongengkan pada kalian.
Dari emak, kami ditanamkan adab-adab dalam kehidupan. Masih ingat dulu, tidur kami tidak dihantarkan dengan buku cerita. Tapi, dengan bacaan doa. “Sebelum tidur itu baca doa dan ayat kursi 11 kali”, maka kami pun dihantarkan membaca bersama-sama. Tidak jarang kami mengeluh karena sudah ingin mengolet tidur. Tetap saja “harus baca doa”.
Banyak doa-doa yang emak ajarkan, bahkan sampai sekarang ada doa yang serta merta selalu terbaca ketika pergi mengajar. Bukan doa keluar rumah, juga bukan doa pergi bekerja. Tapi, doa tentang “kesah sekolah”. Doa ini bekal kami sekolah dulu, kunci pintar kata emak.
“Niat ingsun kesah sekolah ngilangake bodo kerono Allah Ta’ala”
Begitulah doanya, sederhana tapi dalam. Ssstttt.. Rahasia itu ...
Entah apa yang bisa kami lakukan tanpa emak. Bahkan sampai seperempat abad ini, ku masih saja diurus dengan baik, sangat baik. Dia sosok yang damai, yang diam-diam mengurus putrinya yang tidak terampil ini. Iya, yang ragil ini memang tidak ada anggun-anggunnya sama sekali, “pencilaan” kata orang jawa. Sangat sering celana, rok, baju dan sebagainya bengkah-bengkah entah kenapa. “Ah .. Biarlah, nanti aja dijahitin” Batinku selalu. Tapi terus saja kutemui semua sudah rapih terjahit, siapa lagi coba.
Emak mengkhawatirkan kami, sebagaimana dulu nabi mengkhawatirkan umatnya. “Besok, nek tak tinggal ini dibuang, salurannya dibersihin jangan sampai ada sampah nyumbat dll.” “piye tah.. kok gak bisa masak, mbesok nek ditempat mertuamu piye”. “haduh ta.. nek wis gak ono mae piye..” dan seterusnya.
Sudah mak.. jangan khawatir insyaAllah kami sudah mengerti, doakan saja kami menjadi anak yang birrul walidain, anak yang menghiasi keluarga sakinahmu, anak yang akan mengiringi jalanmu ke surgaNya nanti. Aamiin.
Alhamdulillah, telah Engkau takdirkan kami terlahir darinya, bukan orang lain. Dia, mbah, emak, istri, dan perempuan yang luar biasa.
Selamat hari emak mak ..

No comments: